Kamis, 11 Februari 2010

MISTERI KAMAR CINTA BAG.03


"

MISTERI KAMAR CINTA BAG.02

Kelembutan Glend membuat Rann luluh..... Kesetian dan kekukuhan Glend untuk memiliki Rann seutuhnya membuat Rann pasrah.
Rann tak lagi peduli dengan rasa sex yang dimilikinya. Apalagi Glend dengan amat sabar senantiasa mencoba mengerti dan mengukuti semua curhat-curhat Rann yang sebenarnya ia memiliki seks terhadap sesama jenis.
Entah itu takdir, atau entah itu sebuah kepasrahan, Rann tidak saja menerima Glend sebagai kekasihnya, tapi ia bahkan mengajak pria teman kampusnya itu untuk segera menikahinya.

Saat itu Glend seperti biasanya dengan setia menanti Rann keluar dari ruang kuliahnya. "Glend....," Rann langsung mendekati Glend dan melingkarkan tangannya ke tubuh Glend dengan tanpa ragu.
"Hei, Rann! Glend sudah menunggumu, ya?" Sasie tersenyum ke arah Rann.
"Ia, donk beibh.....," Rann sesaat melepas tangannya dari tubuh Glend seraya mendekati Sasie. "Upps...., jangan lupa nanti malam ke tempat kosku, ya....," ucap Rann seraya mendaratkan kecupan lembutnya ke bibir Sasie. Glend sesaat memalingkan wajahnya. Ia sudah terbiasa dengan sikap mesra Rann terhadap Sasie. Rann sering berceritera bahwa Rann dan Sasie adalah sepasang kekasih. Glend bahkan dengan lapang hati berjanji untuk tidak akan memisahkan Rann dari Sasie.....
"Okk.... cayang.....," Sasie mengerlingkan tatapannya pada Glend yang berusaha menghindari tatapannya denga memalingkan tubuhnya ke arah lain.
"Rann.....," kemudian Sasie menarik tubuh Rann ke dalam dekapannya, "Kau masih mencintaiku......?" bisik Sasie dengan amat pelan agar tidak terdengar oleh Glend.
"Kau harus percaya padaku.....," Rann melumat bibir Sasie dengan amat bernafsu. Untuk beberapa saat keduanya berciuman.
Glend tetap bersikap membelakangi mereka untuk berusaha tak melihat apa pun yang terjadi. Hinnga kemudian Rann kembali mendekati Glend dan melingkarkan tangannya kembali ke tubuh Glend.

Sementara Sasie seperti biasanya mendekat seraya melingkarkan tangannya ke tubuh Rann. Ketiganya berjalan bersama untuk meninggalkan kampus menuju mobil Glend yang masih diparkir di area parkir kampus.

"Aku titip Rann, Glend....," ucap Sasie berdiri dekat jendela mobil seraya memegangi bahu Glend yang sudah duduk untuk menyetir mobilnya. Sementara Rann duduk di sebelahnya.

"Okey, Sasie.....Aku pasti menjagai dia....," Glend menjawab dengan antusias. Rann mengedipkan matanya ke Rann kemudian berlalu menuju mobilnya yang diparkir tak begitu jauh dari mobil Glend.

Tak berapa lama, Glend mulai menyetarter mobilnya. Begitu juga Sasie.

"Glend, kau tidak cemburu sering melihat aku berciuman dengan Sasie?" tanya Rann sesaat begitu mobil mulai menyusuri jalan raya.

"Aku sangat mencintaimu, Rann.... Tapi cintaku tidak buta.... Karena cinta itulah membuat aku menerima kau apa adanya....,"

"Kau? Kau benar-benar akan memberiku kesempatan untuk tetap bercinta dengan Sasie meski kelak aku sudah menjadi milikmu?" tanya Rann seketika kemudian.

"Apapun yang terjadi, aku sudah bertekad memberimu kesempatan....,"

"Kau sungguh-sungguh?"

"Aku bersumpah untuk hal yang satu ini. Aku lebih baik memberimu kesempatan daripada aku meninggalkanmu karenanya.....," ucap Glend tegas.

"Aku suka padamu! Aku bersedia menikah denganmu asal kau tetap memberiku kesempatan untuk bercinta dengan Sasie.....,"

"Menikah?" Glend terperangan mendengar kata "menikah".
"Ya, nikahi aku segera dan tetaplah beri aku kesempatan untuk bercinta dengan Sasie.....," untuk pertama kalinya Rann mendaratkan kecupannya degngan mesra ke leher Glend. Merasakan kecupan Rann, Glend seketika darah kelaki-lakiannya berdesir.
"Aku akan melamarmu sesegera mungkin, Rann.....," ucap Glend seraya merasakan kehangat kecupan bibir Rann di lehernya.